Thursday, January 28, 2016

Mengenal Tari Gending Sriwijaya ( Sumatera Selatan )

Tari Gending Sriwijaya
Gending Sriwijaya adalah satu diantara tarian tradisional khas Palembang, Sumatera Selatan. Sesungguhnya ini tak cuma tarian namun juga adalah suatu lagu. Melodi lagu Gending Sriwijaya dipakai sebagai pengiring untuk menemani tarian Gending Sriwijaya. Sesuai sama namanya, tarian serta lagu ini melukiskan kejayaan, keagungan, serta keluhuran kerajaan Sriwijaya yang pernah alami kejayaan sepanjang bertahun-tahun serta sukses mempersatukan lokasi Barat Nusantara

Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya
Tarian ini umumnya dipertunjukkan dengan cara spesial sebagai tarian untuk menyongsong tamu-tamu kehormatan seperti Duta Besar, Presiden, serta tamu-tamu agung yang lain. Sepintas, tarian ini serupa dengan Tari Tanggai. Bedanya terdapat pada perlengkapan baju penari serta jumlah penarinya. Dalam suatu pementasan, penari Gending Sriwijaya keseluruhan sejumlah 13 orang. Dari 13 orang itu ada satu orang sebagai penari paling utama. Penari ini membawa tepak, kapur, serta sirih. Bekasnya 6 orang sebagai penari pendamping, dua orang pembawa tombak, dua penari pembawa peridon atau perlengkapan tepak, satu orang pembawa payung, serta satu orang penyanyi. Pembawa payung kebesaran serta pembawa tombak yaitu pria sedang bekasnya yaitu wanita.

Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya serta lagu pengiring tarian ini di buat pada th. 1944. Tarian ini di buat untuk mengingatkan kita beberapa pemuda kalau nenek moyang kita adalah bangsa yang besar serta menghormati persaudaraan antar manusia serta tetaplah taqwa pada Yang Kuasa. Tarian ini melukiskan keceriaan beberapa gadis Palembang saat terima tamu kehormatan yang bertandang ke Palembang. Dalam menyongsong tamu-tamu agung itu, di gelar pertunjukkan tarian tradisional Palembang yang salah nya ialah tarian Gending Sriwijaya. Tari ini datang dari kejayaan saat lantas Kerajaan Sriwijaya yang dulunya berdiri di Palembang. Dahulu, kerajaan ini memanglah suatu kerajaan maritim besar yang sukses menakhlukan banyak lokasi. Dipertunjukkannya tarian ini mau tunjukkan sikap tuan tempat tinggal yang senang, ramah, terbuka, serta tulus pada tamu agung yang datang.

Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya
Dalam pertunjukkan tarian Gending Sriwijaya, ada 9 penari muda yang cantik-cantik tunjukkan kepiawaiannya. Penari-penari itu kenakan baju Kebiasaan Aesan Gede, Dodot, Tanggai, paksangkong, serta Selendang Mantri. Mereka yaitu penari inti yang didampingi oleh penari-penari lain yang membawakan tombak serta payung. Dibagian paling belakang ada penyanyi yang membawakan lirik lagu Gending Sriwijaya. Sayangnya, peran penyanyi sekarang ini telah mulai tak dipakai. Sekarang ini nada pengiring itu umumnya sudah digantikan dengan tepa recorder. Disamping itu, bentuk asli musik pengiring tarian ini yaitu gong serta gamelan. Terkecuali penyanyi, peran pengawal terkadang juga tak dipakai hingga cuma menghadirkan penari-penari wanita saja, terutama bila tarian ini dipentaskan didalam panggung tertutup atau dalam gedung.
Tari Gending Sriwijaya
Tari Gending Sriwijaya
Penari paling utama ada di posisi yang paling depan. Penari ini membawa tepak sebagai kapur sirih yang mau dipersembahkan pada tamu agung yang datang. Penari ini diiringi oleh dua penari yang membawakan pridon yang terbuat berbahan kuningan. Konon, persembahan sekapur sirih versus aslinya cuma bisa dikerjakan oleh kelompok spesifik seperti putri sultan, putri raja, atau putri bangsawan. Disamping itu, pembawa pridon juga umumnya adalah teman dekat dekat atau inang pengasuh putri. Dengan hal tersebut, bisa diambil kesimpulan kalau tari ini dulunya cuma bisa dikerjakan di lingkungan kerajaan serta termasuk juga tarian yang sakral. Buktinya, hingga sekarang ini tarian itu juga cuma dipentaskan pada acara-acara spesifik saat Palembang kehadiran tamu kehormatan. Lepas dari itu, tari Gending Sriwijaya ini adalah budaya khas Indonesia yang perlu tetaplah dilestarikan supaya budaya ini tak termakan oleh perkembangan zaman serta modernisasi.

No comments:

Post a Comment