Wednesday, January 27, 2016

Kesenian Angklung dan Sejarah Angklung

Jenis Kesenian Angklung dan Sejarah Angklung

Angklung yaitu type alat musik tradisional yang terbuat dari bambu yang bernada ganda atau multitonal. Langkah memainkan angklung yaitu dengan digoyang, Seorang tinggal memegang rangkanya pada satu diantara tangan (umumnya tangan kiri) hingga angklung bergantung bebas, sesaat tangan yang lain (umumnya tangan kanan) menggoyangnya sampai berbunyi.

Angklung adalah alat musik tradisional Jawa Barat yang telah tercatat sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan serta Nonbendawi Manusia dari UNESCO mulai sejak bln. November 2010. Bukan sekedar tercatatat oleh UNESCO, usaha pelestarian serta memperkenal angklung sebagai warisan Indonesia dikerjakan lewat cara memainkan angklung dengan cara berbarengan serta mencatatkan sebagai rekor dunia. Salah satunya yaitu pada th. 2008 dengan pemecahan rekor pemain angklung sejumlah 11 ribu orang di Jakarta serta 5 ribu orang di Washington DC.
Lalu pada tanggal 24 April 2015 lantas, tepatnya ketika peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang diadakan di Jakarta - Bandung, sejumlah 20. 704 orang berbarengan - sama memainkan angklung bertempat di Stadion Siliwangi Bandung. Tindakan pemecahan rekor dunia dengan judul 'Harmony Angklung For The World' yang dikerjakan oleh 20. 704 orang itu salah satunya memainkan lagu-lagu seperti 'Halo-Halo Bandung', 'I Will Survive' serta 'We Are The World'. Yang tidak kalah menarik dari pemecahan rekor ini yaitu, dari keseluruhan 20. 704 orang pemain angklung, sejumlah 4. 117 orang yaitu anak berkebutuhan spesial (ABK) yang datang dari beragam Sekolah Luar Umum (SLB) yang ada di Jawa Barat yang terbagi dalam siswa disabilitas tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa serta autis yang didampingi oleh 1. 000 orang guru pembimbing. Wah.... demikian bangganya kita sebagai Warga Bandung terutama serta Bangsa Indonesia biasanya dengan semangat orang-orang Bandung dalam memainkan Angklung sebagai alat musik tradisional. Oleh karena itu Sahabat, sepatutnya yaitu jadi keharusan kita generasi muda untuk melestarikan angklung sebagai kekayaan budaya Indonesia.

 Histori serta Asal usul Angklung

 Angklung

Histori serta Asal usul Angklung


Belum ada panduan tentu mulai sejak kapan alat musik angklung ini ada, atau mulai sejak kapan angklung dipakai oleh orang-orang Jawa Barat. Catatan tentang alat musik angklung ini, baru nampak seputar era ke 12 hingga 16, mengacu pada ada kerajaan Sunda.
Kehadiran angklung terkait dengan orang-orang kerjaan Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari tanaman padi (pare). Hal semacam ini bisa dipandang dari rutinitas (kebiasaan) orang-orang Baduy yang diakui sebagai beberapa bekas kerajaan Sunda, di mana angklung dipakai sebagai ritual dalam lakukan penanaman padi. Angklung di buat serta di ciptakan untuk memikat Dewi Sri/Sri Pohaci (Simbol dewi padi) untuk turun kebumi supaya tanaman padi rakyat dapat tumbuh subur.
Terkecuali orang-orang Baduy di Banten, permainan angklung gubrag di Jasinga - Bogor, Jawa Barat yaitu satu diantara yang masihlah hidup mulai sejak kian lebih 400 th. lampau. Kehadirannya juga bermula dari ritus padi.

Pada th. 1862, Jonathan Rigg menuliskan buku " Dictionary of the Sunda Language " yang diterbitkan di Batavia, menuliskan kalau angklung yaitu alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, mirip pipa-pipa dalam satu organ, serta diikat berbarengan dalam satu bingkai, digetarkan untuk membuahkan bunyi.

Dalam perjalanan saat, alat musik tradisional anglung berkembang serta menebar keseluruh pelosok nusantara

Type - Type Angklung
Sekarang ini, terdapat banyak beberapa jenis angklung yang di kenal serta terdaftar dalam kehidupan orang-orang, khsusunya di Jawa Barat serta dibeberapa daerah lain di Indonesia. Ada saat type angklung itu memanglah mempunyai bentuk yang sedikit tidak sama atau mempunyai bentuk yang sama walau demikian dipakai pada type seni/acara pertunjukan yang tidak sama juga. Beberapa jenis angklung serta kesenian yang memakai alat musik tradisional angklung itu diantaranya seperti berikut ini :

Angklung Kanekes
Angklung Kanekes

1. Angklung Kanekes
Angklung Kanekes yaitu angklung yang datang dari daerah Kanekes (perkampungan orang baduy). Angklung type ini tak hanya dipakai untuk hiburan semata, walau demikian pada dasarnya dipakai sebagai ritual sewaktu menanam padi.
Dalam pemakaiannya, angklung kanekes dapat dimainkan tanpa ada ketentuan (Sunda : Dikurulungkeun) ataupun dengan memakai ketentuan ritmis spesifik. Pola pemakaian angklung yang dikerjakan dengan " dikurulungkeun " umumnya dikerjakan di daerah baduy dalam, demikian sebaliknya yang memakai ritmis oleh baduy luar.
Yang memiliki hak serta bisa bikin angklung yaitu orang baduy dalam, diluar itu cuma hanya beberapa orang spesifik saja yang dapat membuatnya. Hal semacam ini dikarenakan oleh ada kriteria ritual dalam pembuatan angklung kanekes.

Angklung kenekes sendiri terbagi dalam sebagian bentuk dari yang paling besar hingga yang kecil yakni : indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, serta roel. Yang bisa bikin angklung kanekespun spesial orang Kajeroan, yakni orang yang datang dari Kampung Cibeo, Cikartawana, serta Cikeusik. Diluar itu cuma beberapa orang spesial saja yang dapat bikin angklung ini.

Angklung Reog
Angklung Reog
2. Angklung Reog
Angklung Reog adalah alat musik untuk menemani tarian reog ponorogo di Jawa Timur. Angklung Reog ini mempunyai kekhasan dari sisi nada yang begitu keras, mempunyai dua suara dan bentuk lengkungan rotan yang menarik dengan hiasan benang berumbai-rumbai warna yang indah.









3. Angklung Banyuwangi

Angklung banyuwangi ini mempunyai bentuk seperi calung dengan suara budaya banyuwangi. Di Banyuwangi dimaksud dengan Caruk.
Angklung Banyuwangi
Angklung Banyuwangi

4. Angklung Bali
Angklung bali mempunyai bentuk serta suara yang khas bali. Bentuknyapun serupa dengan calung. Angklung type ini di Bali dimaksud dengan Rindik.
Angklung Bali/Rindik
Angklung Bali
Angklung Bali

5. Angklung Dogdog Lojor

Angklung dogdog lojor yaitu angklung yang dipakai dalam kesenian kebiasaan dogdog lojor.
Kesenian dogdog lojor sendiri ada di orang-orang Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan kebiasaan Banten Kidul yang menyebar di seputar Gunung Halimun.
Angklung Dogdog Lojor
Angklung Dogdog Lojor


Kesenian dogdog lojor sendiri diselenggarakan satu tahun sekali, sesudah panen raya semua orang-orang mengadakan acara Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung kebiasaan. Pusat kampung kebiasaan sebagai tempat tempat tinggal kokolot (sesepuh) tempatnya senantiasa berpindah-pindah sesuai sama panduan gaib.
Kebiasaan penghormatan padi pada orang-orang ini masihlah dikerjakan lantaran mereka termasuk juga orang-orang yang masihlah memegang teguh kebiasaan lama. Dengan cara kebiasaan mereka mengakui sebagai keturunan beberapa petinggi serta prajurit keraton Pajajaran dalam barisan Pangawinan (prajurit bertombak). Orang-orang Kasepuhan ini sudah berpedoman agama Islam serta agak terbuka bakal dampak modernisasi, dan beberapa hal hiburan kesenangan duniawi dapat dinikmatinya. Sikap ini punya pengaruh juga dalam dalam soal manfaat kesenian yang mulai sejak seputar th. 1970-an, dogdog lojor sudah alami perubahan, yakni dipakai untuk menyemarakkan khitanan anak, perkawinan, serta acara kemeriahan yang lain.

Instrumen yang dipakai dalam kesenian dogdog lojor yaitu 2 buah dogdog lojor serta 4 buah angklung besar. Ke empat buah angklung ini memiliki nama, yang paling besar diberi nama gonggong, lalu panembal, kingking, serta inclok. Setiap instrumen dimainkan oleh seseorang, hingga semua sejumlah enam orang.

Lagu-lagu dogdog lojor salah satunya Bale Agung, Samping Hideung, Oleng-oleng Papanganten, Si Tunggul Kawung, Adulilang, serta Adu-aduan. Lagu-lagu ini berbentuk vokal dengan ritmis dogdog serta angklung condong tetaplah.
 
Angklung Gubrag
Angklung Gubrag
6. Angklung Gubrag
Angklung gubrag ada di kampung Cipining, kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini sudah berumur tua serta dipakai untuk menghormati dewi padi dalam aktivitas melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), serta ngadiukeun (meletakkan) ke leuit (lumbung).
Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada saat satu saat kampung Cipining alami musim paceklik.
Awalannya, angklung yaitu alat musik yg tidak mempunyai suara nada. Angklung kuno tak mempunyai irama serta cuma berbunyi " gubrak ". Karena tersebut, jaman dulu, angklung yang tidak mempunyai suara dimaksud dengan angklung gubrak.
Angklung Gubrak adalah kombinasi alat musik angklung yang terbuat dari bambu memiliki ukuran panjang meraih seputar 50 sampai 100 cm.. Menurut sejarahnya, angklung gubrak yang konon sudah ada di daerah Bogor mulai sejak 400 th. lantas ini senantiasa jadi musik pengiring saat mengadakan acara panen padi. Mereka yakin, alunan suara yang datang dari angklung itu, nanti bisa bikin padi yang bakal mereka tanam kembali bisa tumbuh dengan subur.

Angklung Badeng
Angklung Badeng

7. Angklung Badeng
Badeng adalah type kesenian yang mengutamakan sisi musikal dengan angklung sebagai alat musik yang paling utama. Badeng ada di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dahulu angklung badeng berperan sebagai hiburan untuk kebutuhan dakwah Islam. Namun disangka badeng sudah dipakai orang-orang mulai sejak lama dari saat sebelumnya Islam untuk acara-acara yang terkait dengan ritual penanaman padi. Sebagai seni untuk dakwah badeng diakui berkembang mulai sejak Islam menebar di daerah ini seputar era ke-16 atau 17. Pada saat itu masyarakat Sanding, Arpaen serta Nursaen, belajar agama Islam ke kerajaan Demak. Sesudah pulang dari Demak mereka berdakwah menebarkan agama Islam. Satu diantara fasilitas penyebaran Islam yang digunakannya yaitu dengan kesenian badeng.
Angklung yang dipakai sejumlah sembilan buah, yakni 2 angklung roel, 1 angklung kecer, 4 angklung indung serta angklung bapa, 2 angklung anak ; 2 buah dogdog, 2 buah terbang atau gembyung, dan 1 kecrek

Angklung Buncis
Angklung Buncis

8. Angklung Buncis
Angklung Buncis yaitu angklung yang dimainkan pada kesenian Buncis. Kesenian Buncis sendiri adalah seni pertunjukan yang berbentuk hiburan yang berkembang di daerah Baros (Arjasari, Kabupaten Bandung). Pada awalnya buncis dipakai pada acara-acara pertanian yang terkait dengan padi. Namun pada saat saat ini buncis dipakai sebagai seni hiburan. Hal semacam ini terkait dengan makin berubahnya pandangan orang-orang yang mulai kurang menghiraukan beberapa hal berbau keyakinan lama. Th. 1940-an bisa dikira sebagai selesainya manfaat ritual buncis dalam penghormatan padi, lantaran mulai sejak itu buncis beralih jadi pertunjukan hiburan. Searah dengan itu beberapa tempat penyimpanan padi juga (leuit ; lumbung) mulai menghilang dari beberapa tempat tinggal masyarakat, ditukar dengan beberapa tempat karung yang lebih praktis, serta gampang dibawa ke mana-mana. Padi juga saat ini banyak yang segera di jual, tak disimpan di lumbung. Dengan hal tersebut kesenian buncis yang semula dipakai untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) tak dibutuhkan lagi.

Nama kesenian buncis terkait dengan suatu teks lagu yang populer di kelompok rakyat, yakni cis kacang buncis nyengcle..., dst. Teks itu ada dalam kesenian buncis, hingga kesenian ini diberi nama buncis.
Instrumen yang dipakai dalam kesenian buncis yaitu 2 angklung indung, 2 angklung ambrug, angklung panempas, 2 angklung pancer, 1 angklung enclok. Lalu 3 buah dogdog, terbagi dalam 1 talingtit, panembal, serta badublag. Dalam perubahannya lalu ditambah dengan tarompet, kecrek, serta goong.
Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal dapat berlaras madenda atau degung. Lagu-lagu buncis salah satunya : Badud, Buncis, Renggong, Senggot, Jalantir, Jangjalik, Ela-ela, Mega Beureum. Saat ini lagu-lagu buncis sudah memakai juga lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang semula lelaki pemain angklung, saat ini oleh wanita spesial untuk menyanyi.

9. Angklung Badud
Angklung badud yaitu angklung yang dipakai pada acara sunatan anak di daerah Kampung Parakanhonje, Kelurahan Sukamaju Kaler, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya dan sebagian daera lain di Priangan Timur
Manfaat paling utama dari Seni Angklung Badud ini, dipakai untuk mengarak serta menghibur pengantin Sunat. Jaman dulu saat obat bius lokal pembasmi rasa sakit (pangbaal) belum umum dipakai, anak yang bakal disunat pagi-pagi sekali diarak menuju ke kolam (balong) lalu anak diminta untuk berendam di kolam sepanjang sebagian menit, nah ketika diarak menuju kolam serta pulang dari kolam berikut Angklung Badud dimainkan, orang-orang juga turut bersama-sama membuat barisan berjejer, seperti pawai atau karnaval, hingga terjadi keceriaan serta di antara keceriaan itu juga, umumnya nampak kreatifitas dari pemain serta orang-orang bikin kelucuan serta kemeriahan yang lain. Acara ini juga di gelar sekalian mengundang serta memberi tahu orang-orang supaya pada waktunya anak disunat dapat ada memberi do'a serta duit " panyecep " pada pengantin sunat.

BADUD dapat disimpulkan Energik, atau Dinamis. Ini tampak dari karakter serta ciri-ciri Seni ini, dimana beberapa suara yang dihasilkan oleh hentakan Angklung, pukulan Dogdog, rancaknya penari, serta bergeloranya semangat penari Kuda Lumping yang bergoyang ikuti irama musik, sungguh begitu nikmat, seakan mengajak pada pemirsa serta pendengarnya untuk turut bergerak serta ngengklak ikuti irama yang ritmis

10. Angklung Bungko

Angklung Bungko yaitu kesenian daerah yang memakai alat musik angklung serta datang dari Desa Bungko Kecamatan kapetakan Cirebon. Terkecuali angklung alat kesenian tradisional Jawa Barat lain yang dipakai dalam kesenian Angklung Bungko yaitu Gendang, tutukan, klenong serta gong. Angklung Bunglo awalannya yaitu musik pengiring tarian perang antar warga desa pada saat awal islam masuk ke Desa Bunglo.

Angklung bungko diprediksikan lahir mendekati era ke-17 sesudah meninggal dunianya Sunan Gunung Jati. Disangka, kesenian ini lahir dengan cara kolektif. Terwujud atas basic luapan emosi keceriaan sesudah mereka memenangkan perang (tawuran) melawan pasukan Pangeran Pekik (Ki Ageng Petakan). " Tawuran " sebagai akibat ketidaksamaan pendapat tentang prinsip-prinsip ajaran Islam yang di ajarkan Sunan Gunung Jati. Karenanya beberapa gerakan tari angklung bungko lebih adalah dari penggambaran peperangan waktu mereka mematahkan serangan Pangeran Pekik. Semuanya penarinya lelaki memakai ikat kepala batik, pakaian putih, keris, kain batik, dan sodér. Tariannya begitu halus serta statis memberi kesan tenang namun raut muka memberikan kemelut, tengah tabuhannya terkadang bergemuruh. Semua berikan kesan orang yang bersiap pergi ke medan perang.
Ada empat tarian dalam angklung bungko, diantaranya 1. Panji, melukiskan sikap berzikir. 2. Benteleye, melukiskan sikap melakukan tindakan dalam hadapi halangan di perjalanan. 3. Bebek ngoyor, melukiskan jerih payah dalam usaha untuk meraih maksud. 4. Ayam alas, melukiskan kelincahan dalam mencari tujuan pemilih.

11. Angklung Padaeng

Angklung padaeng yaitu angklung yang diperkenalkan oleh Daeng Soetigna mulai sejak seputar th. 1938. Terobosan pada angklung padaeng yaitu digunakannya laras suara Diatonik yang sesuai sama system musik barat. Dengan hal tersebut, angklung saat ini bisa memainkan lagu-lagu internasional, serta dapat juga bermain dalam Ensembel dengan alat musik internasional yang lain.

12. Angklung Sarinande
Angklung sarinande yaitu arti untuk angklung padaeng yang cuma menggunakan suara bulat saja (tanpa ada suara kromatis) dengan suara basic C. Unit kecil angklung sarinade diisi 8 angklung (suara Do Rendah hingga Do Tinggi), sesaat sarinade plus diisi 13 angklung (suara Sol Rendah sampai Mi Tinggi).

13. Angklung Toel

Angklung toel di ciptakan oleh Kang Yayan Udjo seputar th. 2008. Pada alat ini, ada rangka setinggi pinggang dengan sebagian angklung dijejer dengan posisi terbalik serta di beri karet. Untuk memainkannya, seseorang pemain cukup men-toel angklung itu, serta angklung bakal bergetar sebagian waktu lantaran ada karet.
Angklung Toel
Angklung Toel


Sosok angklung toel ini terbagi dalam suatu rangka kayu yang mewadahi 30 angklung dari suara G3 – C6. Angklung dipasang berjejer dalam 2 sap. Sap bawah (dekat pemain) yaitu beberapa suara penuh (G, A, B, C, dst), sesaat sap atas yaitu beberapa suara kromatis (G#, A#, C#, dst)


Keunggulan Angklung Toel yaitu bisa dimainkan seseorang diri, tetapi kekurangan yaitu getaran angklung yang belum dapat lama dan cuma bisa memainkan dua suara saja.


14. Angklung Sri-Murni


Angklung Sri-Murni
Angklung Sri-Murni

Angklung ini adalah ide Eko Mursito Budi yang spesial di ciptakan untuk kepentingan robot angklung. Sesuai sama namanya, satu angklung ini menggunakan dua atau lebih tabung nada yang nadanya sama, hingga bakal membuahkan suara murni (mono-tonal). Ini tidak sama dengan angklung padaeng yang multi-tonal. Dengan inspirasi simpel ini, robot dengan gampang memainkan gabungan sebagian angklung dengan cara simultan untuk menirukan dampak angklung melodi ataupun angklung akompanimen.


Sekian Sahabat tradisional, histori asal usul angklung serta beberapa jenis angklung. Mudah-mudahan artikel yang singkat ini bisa berguna untuk Sahabat serta sebagai catatan untuk generasi penerus Bangsa Indonesia.

No comments:

Post a Comment