Sunday, January 31, 2016

Kebudayaan Tari Serimpi

Tari Serimpi yaitu tari classic dari Jogjakrta yang senantiasa dibawakan oleh 4 penar lantaran kata serimpi bermakna 4 yang melambangkan 4 unsur dunia yakni : api, angin, hawa serta bumi (tanah). Tari serimpi diperagarakan oleh 4 orang putri ddengan nama peran Batak, Gulu, Dhada serta Buncit yang melambangkan 4 buah tiang pendopo. Tari serimpi dihubungkan dengan kata impi atau mimpi lantaran gerak tari yang lemah gemulai bikin penontonnya terasa dibuati ke alam mimpi.

Kebudayaan Tari Serimpi
Kebudayaan Tari Serimpi
Konon, histori Tari Serimpi bermula dari saat pada 1613-1646 Sultan Agung memerintah Kerajaan Mataram. Pada 1775 Kerajaan Mataram pecah jadi Kesultanan Yogyakarta serta Kesultanan Surakarta serta berimbas pada tari serimpi.

Di Kesultanan Yogyakarta dikelompokkan jadi Serimpi Babul Monitor, Serimpi Dhempel, Serimpi Genjung. Sedang di Kesultanan Surakarta dikelompokkan jadi Serimpi Anglir Mendung serta Serimpi Bondan.

Meskipun telah terwujud mulai sejak lama, Tari Serimpi ini baru di kenal khalayak banyak mulai sejak 1970-an lantaran tarian ini dikira sakral serta cuma dipentaskan dalam lingkungan keraton untuk ritual kenegaraan. Serimpi hidup di lingkungan istana Yogyakarta serta adalah seni yang adhiluhung dan dikira pusaka Kraton.

Baju Tari Serimpi alami perubahan. Bila awal mulanya seperti baju rekanten putri Kraton style Yogyakarta dengan dodotan serta gelung bokornya sebagai motif hiasan kepala, jadi lalu berpindah ke pakaian tanpa ada lengan dengan hiasan kepala yang berjumbai bulu burung kasuari dan gelung berhiaskan bunga ceplok.

Ciri-ciriistik pada penari Serimpi yaitu keris yang diselipkan di depan silang ke kiri. Pemakaian keris pada tari Serimpi yaitu lantaran dipakai pada adegan perang, yang disebut motif ciri-ciriistik Tari Serimpi yang melukiskan pertikaian pada dua hal yang bertentangan pada baik serta jelek, pada benar serta salah, pada akal manusia serta nafsu manusia

No comments:

Post a Comment